Penjelasan Cara Membuat Plugin WordPress Sendiri
Plugin pada WordPress adalah perangkat lunak tambahan yang dapat diinstal dan diintegrasikan dengan situs WordPress untuk menambahkan fitur dan fungsionalitas baru. Plugin ini dirancang untuk memperluas atau menambahkan fitur khusus ke situs WordPress tanpa mengubah kode inti WordPress. Berikut adalah beberapa detail penting mengenai plugin WordPress:
Penjelasan Cara Membuat Plugin WordPress Sendiri
Sebagai freelancer web design di Indonesia untuk kasus-kasus tertentu saya lebih memilih dan sering membuat plugin sendiri karena akan lebih sesuai dengan kebutuhan saya dibandingkan menggunakan plugin buatan orang lain. Tetapi jika untuk kebutuhan lain yang tidak memerlukan fungsi khusus saya cendrung menggunakan plugin buatan orang lain.
Fungsi, Cara Kerja dan Instalasi Plugin
Fungsi dan Fitur: Plugin dapat menambahkan berbagai fitur ke situs WordPress, seperti SEO, keamanan, pembuatan formulir, cache, galeri foto, dan lain-lain. Mereka membantu pengguna untuk menyesuaikan situs sesuai dengan kebutuhan spesifik tanpa memerlukan keterampilan pemrograman yang mendalam.
Cara Kerja: Plugin berinteraksi dengan WordPress menggunakan hook yang tersedia di WordPress Core. Ini termasuk action hook dan filter hook yang memungkinkan plugin untuk “mengait” fungsionalitasnya ke WordPress pada titik eksekusi tertentu, tanpa mengubah kode inti.
Instalasi dan Manajemen: Plugin dapat diinstal melalui dasbor WordPress di bawah menu ‘Plugins’. Pengguna dapat mencari, menginstal, mengaktifkan, menonaktifkan, memperbarui, dan menghapus plugin dari area ini.
Pembuatan Plugin: Plugin dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, dan seringkali menggabungkan HTML, CSS, JavaScript, dan bahasa pemrograman web lainnya. Mereka biasanya disimpan dalam direktori /wp-content/plugins/ dari instalasi WordPress.
Kompatibilitas dan Pembaruan: Penting untuk memastikan bahwa plugin kompatibel dengan versi WordPress yang digunakan. Plugin yang tidak diperbarui dapat menyebabkan masalah keamanan atau konflik dengan WordPress atau plugin lain.
Repository Plugin: WordPress.org menyediakan direktori plugin resmi di mana pengguna dapat menemukan ribuan plugin gratis. Selain itu, banyak pengembang juga menawarkan plugin premium melalui situs web mereka sendiri.
Keamanan: Memilih plugin dari sumber yang terpercaya sangat penting untuk keamanan situs. Plugin yang buruk atau usang bisa menjadi celah keamanan.
Customisasi dan Ekstensibilitas: Banyak plugin dirancang untuk menjadi sangat dapat dikustomisasi, memungkinkan pengembang untuk memodifikasi atau memperluas fungsionalitasnya sesuai kebutuhan.
Plugin merupakan komponen penting dalam ekosistem WordPress, memberikan fleksibilitas dan kemampuan untuk menyesuaikan situs web dengan mudah bagi pengguna dari semua tingkat keahlian.
Contoh Membuat Plugin Sendiri
Membuat plugin WordPress sendiri bisa menjadi cara yang efektif untuk menyesuaikan situs Anda. Berikut adalah tiga contoh untuk membuat plugin dengan tujuan yang berbeda. Untuk setiap contoh, saya akan memberikan langkah-langkah dasar dan kode yang diperlukan.
1. Mengganti Logo WordPress pada Login Form
Langkah-langkah:
- Buat Folder Plugin: Di dalam direktori /wp-content/plugins/, buat folder baru, misalnya mm-custom-login-logo.
- Buat File Plugin: Dalam folder tersebut, buat file PHP, misalnya mm-custom-login-logo.php.
- Tambahkan Kode: Edit file mm-custom-login-logo.php dan tambahkan kode berikut:
<?php
/*
Plugin Name: MM Custom Login Logo
Description: Mengganti logo WordPress pada login form.
Author: [Nama Anda]
Version: 1.0
*/
function mm_custom_login_logo() {
echo '
<style type="text/css">
#login h1 a, .login h1 a {
background-image: url([PATH_TO_YOUR_LOGO]);
height:65px;
width:320px;
background-size: 320px 65px;
background-repeat: no-repeat;
padding-bottom: 30px;
}
</style>';
}
add_action('login_enqueue_scripts', 'mm_custom_login_logo');
?>
Ganti [PATH_TO_YOUR_LOGO] dengan URL logo yang Anda inginkan.
2. Menambahkan Kolom Post ID pada Daftar Post
Langkah-langkah:
- Buat Folder Plugin: Misalnya, mm-add-post-id-column.
- Buat File Plugin: Misalnya, mm-add-post-id-column.php.
Tambahkan Kode:
<?php
/*
Plugin Name: MM Add Post ID Column
Description: Menambahkan kolom Post ID pada daftar post.
Author: [Nama Anda]
Version: 1.0
*/
function mm_posts_columns_id($defaults){
$defaults['mm_post_id'] = 'ID';
return $defaults;
}
function mm_custom_id_columns($column_name, $id){
if($column_name === 'mm_post_id'){
echo $id;
}
}
add_filter('manage_posts_columns', 'mm_posts_columns_id', 5);
add_action('manage_posts_custom_column', 'mm_custom_id_columns', 5, 2);
?>
3. Disable Gutenberg Editor
Langkah-langkah:
- Buat Folder Plugin: Misalnya, mm-disable-gutenberg.
- Buat File Plugin: Misalnya, mm-disable-gutenberg.php.
Tambahkan Kode:
<?php
/*
Plugin Name: MM Disable Gutenberg
Description: Menonaktifkan Gutenberg Editor.
Author: [Nama Anda]
Version: 1.0
*/
add_filter('use_block_editor_for_post', '__return_false', 10);
?>
Setelah menambahkan kode tersebut, aktifkan plugin melalui dasbor WordPress. Pastikan Anda melakukan pengujian pada lingkungan pengembangan sebelum menerapkannya di situs live untuk menghindari potensi masalah. Juga, jangan lupa untuk memperbarui dan memelihara plugin Anda secara berkala.
Penjelasan Pada File Plugin
Komentar yang ada pada awal setiap file plugin WordPress adalah bagian dari header plugin. Header plugin ini berisi metadata tentang plugin, yang digunakan oleh WordPress untuk mengidentifikasi dan menampilkan informasi tentang plugin di dalam dashboard WordPress. Berikut adalah penjelasan dari setiap bagian dalam header plugin:
- Plugin Name: Ini adalah nama plugin Anda. Ini adalah satu-satunya bagian yang wajib ada dalam header plugin. Nama plugin ditampilkan dalam daftar plugin di dashboard WordPress dan digunakan untuk mengidentifikasi plugin.
- Plugin URI: URL ke halaman web plugin, di mana pengguna dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang plugin. Ini bisa menjadi halaman di WordPress.org Plugin Directory atau situs web pribadi developer.
- Description: Deskripsi singkat tentang apa yang dilakukan plugin. Deskripsi ini ditampilkan di bawah nama plugin di daftar plugin dan membantu pengguna memahami fungsionalitas plugin.
- Version: Nomor versi plugin. Sangat penting untuk manajemen versi dan kompatibilitas. Setiap kali Anda memperbarui plugin, Anda harus meningkatkan nomor versi ini.
- Author: Nama pembuat atau pengembang plugin. Ini biasanya nama individu atau nama perusahaan.
- Author URI: URL ke halaman web penulis plugin. Ini seringkali merupakan link ke situs web pribadi atau perusahaan pembuat plugin.
- License: Jenis lisensi yang digunakan oleh plugin, seperti GPL2. Ini penting untuk menetapkan bagaimana plugin boleh digunakan dan didistribusikan.
- License URI: Link ke teks lengkap lisensi yang digunakan plugin.
- Text Domain: Domain teks yang digunakan untuk internasionalisasi dan lokalitas. Ini memungkinkan plugin untuk diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
- Domain Path: Jalur relatif ke direktori yang berisi terjemahan.
- Network: Jika diset ke true, plugin hanya akan aktif pada jaringan situs dalam instalasi WordPress Multisite.
Metadata ini tidak hanya berguna untuk pengguna tetapi juga memungkinkan WordPress dan berbagai plugin lainnya (seperti plugin manajemen) untuk memproses dan menangani plugin Anda dengan lebih efisien. Selalu pastikan untuk menyertakan informasi yang akurat dan terkini dalam header plugin Anda.
Software Untuk Membuat Plugin
Untuk membuat plugin WordPress, Anda bisa menggunakan berbagai software editor kode yang dirancang untuk pengembangan web dan pemrograman PHP. Berikut adalah beberapa editor kode yang populer dan efektif yang bisa Anda gunakan:
- Visual Studio Code (VS Code): Editor yang sangat populer dari Microsoft, menawarkan dukungan yang luas untuk PHP dan pengembangan web. VS Code memiliki banyak ekstensi yang bisa memudahkan pengembangan WordPress, termasuk dukungan untuk Git, debugging, dan snippet kode.
- PHPStorm: Sebuah Integrated Development Environment (IDE) komprehensif dari JetBrains, dirancang khusus untuk PHP. PHPStorm menawarkan fitur seperti analisis kode, refactoring otomatis, dan integrasi dengan alat pengembangan lainnya. Ini sangat cocok untuk proyek-proyek besar dan pengembangan plugin yang kompleks.
- Sublime Text: Editor teks ringan namun kuat yang menawarkan kecepatan dan fleksibilitas. Dengan paket-paket seperti ‘Emmet’ dan ‘SublimeLinter’, Sublime Text menjadi sangat efektif untuk pengembangan web.
- Atom: Editor kode dari GitHub, sangat dapat disesuaikan dan open-source. Atom memiliki komunitas yang aktif dan menawarkan berbagai paket untuk pengembangan PHP dan WordPress.
- Brackets: Editor open-source yang dikembangkan oleh Adobe, dengan fitur unik seperti Live Preview yang memungkinkan Anda melihat perubahan HTML dan CSS secara real-time di browser.
- NetBeans: IDE gratis dan open-source yang mendukung pengembangan PHP. NetBeans menawarkan fitur seperti debugging, profiling, dan refactoring yang sangat berguna untuk pengembangan plugin.
- Eclipse PHP Development Tools (PDT): Versi Eclipse yang disesuaikan untuk pengembangan PHP. Ini mendukung pengembangan web besar dan kompleks, meskipun mungkin lebih berat daripada beberapa editor lain.
- Notepad++: Editor teks sederhana dan ringan yang mendukung berbagai bahasa pemrograman, termasuk PHP. Ini adalah pilihan yang baik untuk pengembangan yang lebih sederhana atau untuk pengguna yang membutuhkan sesuatu yang ringan dan cepat.
- Komodo Edit: Editor open-source yang menawarkan dukungan untuk banyak bahasa skrip, termasuk PHP. Ini kurang kuat daripada Komodo IDE tetapi merupakan pilihan yang baik untuk pengembangan yang lebih ringan.
- Coda (hanya untuk Mac): Editor khusus untuk macOS yang menawarkan integrasi dengan alat pengembangan web lainnya dan fitur seperti pengelolaan proyek dan pratinjau langsung.
Setiap editor memiliki kelebihan dan kekurangannya, dan pilihan terbaik mungkin tergantung pada preferensi pribadi Anda, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan spesifik proyek Anda. Pastikan untuk memilih editor yang mendukung pengembangan PHP dan idealnya memiliki fitur atau plugin yang memudahkan pengembangan WordPress.
Apa Yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Masalah Pada Website Ketika Mengaktifkan Plugin
Jika terjadi masalah pada website Anda setelah mengaktifkan sebuah plugin, Anda harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah tersebut. Berikut adalah prosedur yang direkomendasikan:
1. Nonaktifkan Plugin yang Bermasalah:
Langkah pertama adalah menonaktifkan plugin yang baru saja Anda aktifkan. Jika Anda tidak dapat mengakses dashboard WordPress, Anda bisa menonaktifkan plugin melalui FTP (File Transfer Protocol) dengan mengakses folder /wp-content/plugins/ dan mengubah nama folder plugin yang bermasalah, yang akan memaksa WordPress untuk menonaktifkannya.
2. Periksa Kesalahan Lain:
Setelah menonaktifkan plugin, periksa apakah masalahnya teratasi. Jika website Anda kembali normal, ini menandakan bahwa plugin tersebut adalah penyebab masalahnya.
3. Periksa Log Kesalahan:
Jika tersedia, periksa log kesalahan server Anda untuk mendapatkan detail lebih lanjut tentang masalah tersebut. Log ini bisa memberikan petunjuk tentang apa yang salah.
4. Update WordPress dan Semua Plugin:
Pastikan WordPress dan semua plugin lainnya diperbarui. Kadang-kadang, konflik antara plugin atau antara plugin dan versi WordPress yang digunakan bisa menyebabkan masalah.
5. Uji pada Lingkungan Staging:
Jika Anda memiliki akses ke lingkungan staging, uji plugin di sana terlebih dahulu sebelum mengaktifkannya di situs live. Ini akan membantu Anda mengidentifikasi masalah tanpa mempengaruhi situs utama.
6. Kontak Dukungan Plugin:
Jika masalah terus berlanjut, hubungi dukungan plugin. Sertakan informasi detail seperti versi WordPress yang Anda gunakan, tema, plugin lain yang terinstal, dan deskripsi masalah yang Anda alami.
7. Cari di Forum dan Komunitas:
Cari di forum WordPress dan komunitas online untuk melihat apakah orang lain mengalami masalah yang sama dan bagaimana mereka mengatasinya.
8. Backup dan Restore:
Jika masalahnya serius dan Anda tidak dapat menyelesaikannya, pertimbangkan untuk mengembalikan situs Anda ke versi sebelumnya dari backup. Pastikan selalu memiliki backup yang teratur dan ter-update.
9. Gunakan Mode Debugging WordPress:
Aktifkan mode debugging WordPress dengan mengedit wp-config.php dan menetapkan define(‘WP_DEBUG’, true);. Ini akan menampilkan semua kesalahan PHP yang mungkin tidak terlihat sebelumnya.
10. Pertimbangkan untuk Berkonsultasi dengan Pengembang Profesional:
Jika Anda tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri, mungkin perlu bantuan dari seorang pengembang web profesional yang berpengalaman dengan WordPress dan plugin.
Mengikuti langkah-langkah ini secara sistematis akan membantu Anda mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul dari pengaktifan plugin di WordPress. Penting untuk selalu berhati-hati saat menambahkan plugin baru ke situs Anda, terutama jika itu adalah plugin yang belum teruji atau dari sumber yang tidak terpercaya.
Sebelum memulai pembuatan plugin WordPress sendiri, ada beberapa pengetahuan dasar dan keterampilan yang perlu Anda miliki. Berikut ini adalah daftar apa yang wajib diketahui dan skill yang harus dimiliki:
Pengetahuan Dasar Sebelum Membuat Plugin
- Pemahaman Tentang WordPress: Memahami cara kerja WordPress, termasuk struktur direktori, siklus hidup halaman (page lifecycle), dan cara kerja tema.
- PHP: WordPress ditulis dalam PHP, jadi pemahaman yang baik tentang PHP sangat penting. Anda harus nyaman dengan sintaks PHP, pengelolaan error, dan pemrograman berorientasi objek (OOP) di PHP.
- HTML/CSS/JavaScript: Untuk frontend plugin, pengetahuan tentang HTML, CSS, dan JavaScript sangat penting.
- MySQL dan Pengelolaan Database: Memahami dasar-dasar MySQL dan cara interaksi WordPress dengan database.
- API WordPress dan Hook: Memahami API WordPress, termasuk Action Hooks dan Filter Hooks, yang memungkinkan Anda untuk “menggantung” fungsionalitas Anda ke dalam WordPress.
- Keamanan WordPress: Pengetahuan tentang praktik keamanan umum dalam pengembangan web, seperti sanitasi input, validasi, dan perlindungan CSRF.
Keterampilan Pengembangan:
- Pengembangan PHP: Menulis kode PHP yang bersih, efisien, dan sesuai dengan standar WordPress.
- Penggunaan WordPress Hooks: Menggunakan hooks untuk memodifikasi atau menambahkan fungsionalitas tanpa mengubah kode inti WordPress.
- Pengelolaan Database: Mengetahui cara membuat, membaca, memperbarui, dan menghapus data dari database WordPress.
- Enqueuing Scripts and Styles: Menggunakan cara WordPress yang benar untuk menambahkan script dan gaya.
- Internationalization & Localization: Mempersiapkan plugin agar bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain.
- Pengujian dan Debugging: Mengetahui cara menggunakan alat debugging dan memahami pentingnya pengujian lintas browser dan lingkungan.
Praktik Terbaik:
- Penggunaan Version Control: Seperti Git, untuk manajemen kode sumber.
- Prinsip DRY (Don’t Repeat Yourself): Menghindari duplikasi kode.
- Komentar dan Dokumentasi Kode: Menulis komentar yang berguna dan menjaga dokumentasi yang baik untuk plugin Anda.
- Responsive Design: Membuat plugin yang berfungsi dengan baik di berbagai ukuran layar dan perangkat.
- Kompatibilitas dengan Versi WordPress dan Plugin Lain: Memastikan plugin Anda kompatibel dengan versi WordPress terbaru dan tidak mengganggu plugin lain.
- Memperbarui Plugin secara Berkala: Menyediakan update untuk perbaikan bug, peningkatan keamanan, dan penambahan fitur.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan ini akan membantu Anda tidak hanya dalam pembuatan plugin WordPress tetapi juga dalam memelihara dan mengoptimalkannya seiring waktu. Pembuatan plugin yang sukses melibatkan lebih dari sekedar menulis kode; ini juga tentang memastikan bahwa kode tersebut aman, efisien, dan ramah pengguna.
Related Posts
- Apa Itu Custom Content Type (CCT) dan Custom Post Type (CPT)
- Tutorial Header WordPress: Pengertian, Fungsi, dan Contoh
- Pengertian Sistem Templating Pada WordPress Berikut Contohnya
- Pengantar ke File Functions.php dalam Tema WordPress
- Tutorial Pengertian Dari Hook pada WordPress
- Pengertian Function Pada WordPress
- Penjelasan Tentang Tema WordPress: Tipe, Bahasa yang Digunakan, dan Cara Membuatnya
- Fungsi Author.php pada WordPress: Pusat Kontrol Profil Penulis
- Minifikasi HTML PHP Pada WordPress
- Tutorial Cara Ganti Login URL Pada Permintaan Reset Password
Skill
Skill dan tools yang bisa kami gunakan dan atau yang kami familiar dengannya untuk membantu proses web design, SEO dan digital marketing untuk para customer.- All
- Web Design
- Digital Marketing
- Research
- SEO
- Wordpress
- Other
- 2captcha
- ACF
- AIO
- AWS
- Accuranker
- Adobe XD
- Advanced Script
- Ahrefs
- Any Indexer
- Backlinks.com
- Beaver Builder
- Bootstrap
- Bricks builder
- CWP
- Captcha Breaker
- Carbon Fields
- ChatGPT
- Chrome
- Cloudflare
- Cloudfront
- Codepen
- Content Generator
- Copilot
- Cyberduck
- Cyberpanel
- DIVI
- Death By Captcha
- DirectAdmin
- Eagle
- EasyEngine
- Edge
- Electron
- Elementor
- Fiddler
- Figma
- Filezila
- Firefox
- Flexbox
- Flickity
- GSA SER
- GSAP
- Git
- GitHub
- Google Ads
- Google Ads MCC
- Google Adsense
- Google Analytics
- Google Chrome Extension
- Google DNS
- Google Data Studio
- Google Search Console
- Google Tag Manager
- Grid
- Image converter
- InterWorx
- Isotop
- Joomla!
- Kontraz
- Laragon
- Laravel
- Lightstail
- Linode
- Majestic SEO
- Moz
- NodeJs
- Notepad++
- Oxygen builder
- PHP
- Photoshop
- Piwix
- Platform Identifier
- Plesk
- Powertoys
- Proxy Scrapper
- Putty
- ReactJs
- Recoda
- Responsiveapp
- S3
- SEO Indexer
- Scrapebox
- Script Organizer
- SenuXe
- Solid SEO VPS
- StormProxy
- Sublime Text 3
- Tailwind
- URL Redirect Pro
- Ubbersugest
- Ubot studio
- VSCode
- Vanilla JS
- Vultr
- WAMPP
- WHM cPanel
- Weebly
- WinSCP
- Woocommerce
- Wordpress
- Wpcodebox
- XAMPP
- XnConvert
- Yoast
- Zion builder
- jQuery
- js/css libraries